CERPEN ----- "Only Ones Who Know"


 Di SMA Sky, sekolah yang terkenal dengan prestasinya di bidang akademik dan olahraga, Neva dan Kezia sudah hampir memasuki tahun terakhir mereka sebagai siswa. Gedung sekolah dengan arsitektur modern, dengan lorong-lorong panjang yang selalu ramai dengan langkah kaki siswa, menjadi saksi bisu perjalanan persahabatan mereka yang begitu erat. Neva, yang selalu memiliki kemampuan untuk melihat sisi cerah dalam setiap situasi, sering kali menjadi sumber semangat bagi Kezia yang lebih cenderung serius dan cemas. Mereka sudah saling mengenal sejak kelas sepuluh, ketika mereka dipertemukan sebagai teman sebangku. Meskipun karakter mereka sangat berbeda, persahabatan mereka tumbuh begitu kuat. Setiap pagi sebelum bel masuk, mereka akan duduk di bawah pohon besar di halaman depan sekolah, berbicara tentang segala hal, mulai dari pelajaran hingga rencana masa depan mereka.

Namun, waktu berjalan cepat, dan tahun terakhir mereka di SMA Sky tiba tanpa terasa. Ujian akhir sudah semakin dekat, dan di samping itu, ada satu masalah besar yang harus mereka hadapi: pemilihan kampus untuk kuliah. Neva, yang selalu percaya diri dan tidak takut mengambil risiko, sudah mantap memilih untuk melanjutkan studi di luar kota, di sebuah universitas ternama di Jakarta. Sementara itu, Kezia, yang lebih berhati-hati, masih bimbang antara memilih kampus di kota yang sama atau menjauh lebih jauh ke luar kota. Meskipun mereka berdua berjanji untuk tetap mendukung satu sama lain, ketidakpastian masa depan mulai menorehkan luka di dalam hati mereka.

Keputusan Neva untuk memilih Jakarta membuat Kezia merasa cemas dan takut. Mereka telah lama bersama, menghadapi ujian, latihan, dan semua kegiatan sekolah bersama-sama. Kezia tak bisa membayangkan hidup tanpa kehadiran Neva di sampingnya. Neva adalah teman yang selalu bisa dia andalkan dalam setiap situasi, mulai dari hari-hari penuh tekanan ujian hingga saat-saat santai yang penuh tawa. Perpisahan itu terasa seperti ancaman yang akan menghancurkan dunia mereka yang selama ini terasa aman dan nyaman. Kezia mencoba untuk membuka percakapan tentang masa depan mereka, berharap Neva akan memilih untuk tetap di kota yang sama, namun Neva sudah mantap dengan pilihannya.

Suatu sore, saat mereka sedang duduk di bangku panjang di taman sekolah, Kezia mengungkapkan perasaan takut dan cemasnya. "Neva," katanya, suara sedikit gemetar, "Kamu yakin memilih Jakarta? Kita sudah begitu lama bersama, dan aku takut... aku takut kita tidak akan bisa bertemu lagi seperti dulu." Neva menoleh dan tersenyum lembut. "Kezia, kamu tahu aku selalu akan ada untuk kamu, kan? Kita mungkin terpisah oleh jarak, tapi kita tetap akan saling mendukung. Kuliah itu adalah kesempatan untuk mengejar impian kita masing-masing, dan itu bukan akhir dari segalanya." Meskipun Neva mencoba menenangkan Kezia, rasa takut itu tetap ada di hati Kezia, seperti bayangan yang tidak bisa ia hilangkan.

Malam hari sebelum pengumuman hasil pemilihan kampus, Kezia terjaga di tempat tidurnya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan, antara memilih untuk tetap dekat dengan keluarga atau mengikuti jejak Neva yang berani mengambil langkah besar menuju Jakarta. Meskipun Kezia ingin terus berada di sisi Neva, ada satu hal yang mengganjal di hatinya: dia merasa seolah-olah hidupnya akan terhenti tanpa kehadiran sahabatnya. Ketika sahabat terbaikmu sudah memilih jalan yang berbeda, apakah itu artinya persahabatan itu juga harus berakhir? Kezia berusaha menghilangkan keraguan itu, namun rasanya semakin berat setiap detik yang berlalu.

Hari pengumuman tiba. Kezia membuka surat dari kampus yang dituju dengan tangan gemetar, dan di sana tertulis, "Selamat Anda diterima di Universitas Padjadjaran, Bandung." Sebuah perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Di satu sisi, Kezia merasa lega karena keputusan ini memberi arah jelas bagi hidupnya, tetapi di sisi lain, dia merasa seolah-olah sebuah babak besar dalam hidupnya akan berakhir. Melihat Neva yang sedang bersorak kegirangan karena diterima di universitas Jakarta, Kezia merasa seolah-olah ada jurang yang tak terlihat di antara mereka. Hanya mereka yang bisa merasakannya, meskipun mereka berusaha saling tersenyum.

Setelah pengumuman itu, mereka duduk bersama di taman sekolah lagi. "Jadi, kamu benar-benar akan kuliah di Bandung?" tanya Neva dengan mata berbinar. Kezia mengangguk pelan. "Ya, aku rasa ini pilihan terbaik untukku. Tapi, aku masih bingung, Neva. Bagaimana kita akan menjalani ini? Aku takut kalau kita tak bisa menjaga persahabatan ini." Neva menatap Kezia dengan lembut. "Kezia, kamu tahu kan, kita selalu bisa menjaga hubungan ini meskipun jarak memisahkan. Kita akan saling mendukung, meskipun tidak bisa bertemu setiap saat." Neva berusaha memberi keyakinan, namun di dalam hatinya, dia pun merasa kesepian memikirkan bahwa Kezia tidak akan lagi berada di dekatnya setiap hari.

Setelah pembicaraan itu, mereka berdua merasa sedikit lebih baik, meskipun kekhawatiran tentang perpisahan masih ada di dalam hati mereka. Mereka memutuskan untuk menjalani hari-hari terakhir di SMA Sky dengan sepenuh hati, mencoba mengabaikan ketakutan akan masa depan yang tak pasti. Neva dan Kezia semakin sering menghabiskan waktu bersama, mengenang kenangan indah mereka sejak kelas sepuluh, dan merencanakan pertemuan-pertemuan di masa depan, meskipun mereka tahu pertemuan itu akan semakin jarang. Hari-hari itu menjadi kenangan yang tak terlupakan, sebuah tanda bahwa persahabatan mereka bukan hanya tentang kebersamaan fisik, tetapi tentang pengertian dan dukungan yang tulus.

Waktu terus berlalu, dan saat-saat perpisahan semakin dekat. Pagi terakhir di SMA Sky, saat mereka berpamitan, Kezia memeluk Neva erat-erat. "Aku akan merindukanmu," kata Kezia, dengan suara yang hampir tak terdengar. "Aku juga, Kezia. Tapi kita harus kuat. Persahabatan kita lebih dari sekadar pertemuan fisik." Mereka berdua menatap satu sama lain, mencoba menahan air mata yang hampir keluar. Meskipun mereka akan terpisah oleh jarak, mereka tahu bahwa ikatan mereka akan tetap kuat, dan setiap langkah mereka di kampus nanti akan tetap membawa kenangan indah tentang SMA Sky dan persahabatan yang tak akan pernah berakhir.

Komentar

Postingan Populer